VIVAnews - Ekonom DBS Group Research, Eugene Leow, Selasa 18 Juni 2013, menganalisis jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 33 persen, inflasi rata-rata melonjak menjadi 8 persen pada semester II-2013.
"Sementara itu, pertumbuhan PDB Indonesia pada 2013 diperkirakan menurun sekitar 0,3 persen," kata Eugene dalam risetnya.
Ia menjelaskan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami penurunan dalam beberapa kuartal terakhir. Penyebab utama penurunan PDB akibat turunnya investasi.
Laju pertumbuhan investasi telah melambat dari sangat cepat dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini dapat dilihat dari penurunan impor barang modal sebesar 19 persen dalam empat bulan pertama 2013 dibandingkan kuartal empat 2012.
Meskipun kondisi itu berdampak negatif terhadap pertumbuhan PDB, laju
pertumbuhan permintaan domestik yang lebih moderat, sebenarnya membantu menstabilkan neraca eksternal.Namun, DBS memperkirakan ekonomi Indonesia terus mengalami kesulitan oleh penurunan harga komoditas. Harga komoditas tidak menguntungkan selama 4-5 kuartal terakhir.Situasi itu diperparah oleh penurunan pertumbuhan ekonomi di China, terutama karena harga batu bara, minyak kelapa sawit, dan logam industri menurun cukup signifikan."Ini mengakibatkan kemerosotan dalam rasio perdagangan Indonesia," ujarnya.Ekspor masih menghadapi kendala, karena harga komoditas yang tertekan. Ekspor anjlok menjadi US$14,7 miliar pada April, atau terendah dalam delapan bulan, setelah mencapai puncaknya pada November 2012. Saat itu, nilai ekspor mencapai US$16,3 miliar.Kondisi ini menyebabkan defisit neraca perdagangan sebesar US$1,8 miliar pada April dibandingkan surplus US$2 miliar pada periode sama 2012.Tekanan terhadap anggaran pun terus meningkat, karena pendapatan dan pengeluaran bergerak ke arah berbeda. Laju pertumbuhan pendapatan melambat, dengan rata-rata 5,7 persen (YoY) pada empat bulan pertama tahun ini. DBS memperkirakan penurunan ini disebabkan oleh harga komoditas yang tertekan. Sementara itu, pengeluaran meningkat rata-rata 20,4 persen (YoY) pada periode yang sama.Subsidi BBM, yang secara umum tidak berubah sejak 2005, adalah penyebab utama, mengingat peningkatan kepemilikan kendaraan seiring dengan pertumbuhan kelas menengah."Akibatnya, defisit fiskal yang berjalan selama 12 bulan melebar secara perlahan sejak pertengahan 2011," katanya.Tarif angkutan naik Sementara itu, Asia Pacific Economic and Market Analysis Citi Research, Helmi Arman, memprediksi kenaikan harga BBM bersubsidi akan membuat inflasi Indonesia menembus 8,2 persen. Tarif angkutan umum akan menjadi komponen tertinggi inflasi inti dengan kenaikan tarif 15-20 persen.Namun, langkah Bank Indonesia yang melakukan pengetatan kebijakan moneter akan mengurangi risiko penilaian tindakan negatif dari lembaga pemeringkat. Situasi ini juga mengarah pada pengurangan tekanan pada defisit transaksi berjalan.
"Sementara itu, pertumbuhan PDB Indonesia pada 2013 diperkirakan menurun sekitar 0,3 persen," kata Eugene dalam risetnya.
Ia menjelaskan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami penurunan dalam beberapa kuartal terakhir. Penyebab utama penurunan PDB akibat turunnya investasi.
Laju pertumbuhan investasi telah melambat dari sangat cepat dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini dapat dilihat dari penurunan impor barang modal sebesar 19 persen dalam empat bulan pertama 2013 dibandingkan kuartal empat 2012.
Meskipun kondisi itu berdampak negatif terhadap pertumbuhan PDB, laju
pertumbuhan permintaan domestik yang lebih moderat, sebenarnya membantu menstabilkan neraca eksternal.Namun, DBS memperkirakan ekonomi Indonesia terus mengalami kesulitan oleh penurunan harga komoditas. Harga komoditas tidak menguntungkan selama 4-5 kuartal terakhir.Situasi itu diperparah oleh penurunan pertumbuhan ekonomi di China, terutama karena harga batu bara, minyak kelapa sawit, dan logam industri menurun cukup signifikan."Ini mengakibatkan kemerosotan dalam rasio perdagangan Indonesia," ujarnya.Ekspor masih menghadapi kendala, karena harga komoditas yang tertekan. Ekspor anjlok menjadi US$14,7 miliar pada April, atau terendah dalam delapan bulan, setelah mencapai puncaknya pada November 2012. Saat itu, nilai ekspor mencapai US$16,3 miliar.Kondisi ini menyebabkan defisit neraca perdagangan sebesar US$1,8 miliar pada April dibandingkan surplus US$2 miliar pada periode sama 2012.Tekanan terhadap anggaran pun terus meningkat, karena pendapatan dan pengeluaran bergerak ke arah berbeda. Laju pertumbuhan pendapatan melambat, dengan rata-rata 5,7 persen (YoY) pada empat bulan pertama tahun ini. DBS memperkirakan penurunan ini disebabkan oleh harga komoditas yang tertekan. Sementara itu, pengeluaran meningkat rata-rata 20,4 persen (YoY) pada periode yang sama.Subsidi BBM, yang secara umum tidak berubah sejak 2005, adalah penyebab utama, mengingat peningkatan kepemilikan kendaraan seiring dengan pertumbuhan kelas menengah."Akibatnya, defisit fiskal yang berjalan selama 12 bulan melebar secara perlahan sejak pertengahan 2011," katanya.Tarif angkutan naik Sementara itu, Asia Pacific Economic and Market Analysis Citi Research, Helmi Arman, memprediksi kenaikan harga BBM bersubsidi akan membuat inflasi Indonesia menembus 8,2 persen. Tarif angkutan umum akan menjadi komponen tertinggi inflasi inti dengan kenaikan tarif 15-20 persen.Namun, langkah Bank Indonesia yang melakukan pengetatan kebijakan moneter akan mengurangi risiko penilaian tindakan negatif dari lembaga pemeringkat. Situasi ini juga mengarah pada pengurangan tekanan pada defisit transaksi berjalan.